Biodata seorang budak!
Nama Panggilan : Achim, Tashim, Chimot
T : Makassar
T : 16 juni 1993
L : Di Rumah Sakit iya'
Hobi : Hacker, Nonton, maen komputer kaccak2 and all
MaVa : Aku sukanya makan ayam, burger, pizza, pangsit, and all
MiVa : Aku sih suka minum Air putih, juss Alpukat, Frestea, Ect.
Benda Favorit : Buku, Komputer, Motor, HP.
Cita2: Aku mau jadi ustas aja deh baru jadi Ir. Teknologi
YM : Mb_djamal@yahoo.comFS : Mb_jamal@achim.comblog : achim-gagah.blogspot.com
Nama Ortu :
Ayah : K.H. Djamaluddin Amien
Ibu : St. Rabihah Siddiq
No. Tel :Rumah : 0411- 861747
Hp : 085299594395
biarkan aku berteriak dan berpuisi!
PICIK SERAH ( IV )
“Cukuplah kau dera karya ini, wahai Picik Serah!
Tak tersudutkah kau di simpang pelarian
kecil sulaman cahaya?”
Angin nujum kian menyisik
lancip kata kepadanya. “Aku terkulai atas payung
tunggal kemegahan, karena sepiku terlahir
menunjuk bebal,” balas si Picik;
ayunkan radang karsa
tiap jawab bertabur. Silih tatap
menilai rona daging – membusuk kutuk, tiada sinar
melekang anjak bangkai: terpapar oleh
pancing madu sekutu kebajikan.
Dunia Ini Indah
selembar cahaya terhampar diantara celah megadan diriku tlah terpukau diam dalam ketakjubanjika dan jika aku bisa ke atas sanaingin rasanya melangkah di jembatan cahaya
warna perak begitu indahnyamelapisi pinggiran tiap bongkahan megabagai bingkai yang diam diam bercahayamemberikan nuansa di antara warna yang mulai berpendar pelan
kulihat bagaimana cahaya itu menghilangseiring sang bayu yang bermain di luasnya angkasamenutup semua celah yang adamembentuk suatu gambaran yang mulai ada
bisakah kulihat lagi lembaran cahaya itu?bisakah kutiti walau dalam anganku sajaentah kenapa bayangan ini terus menggodamenerka apa yanga da di balik sana
walau lembaran cahaya itu telah tiadadan kuimpikan untuk bersua di waktu yang sedang kukiranamun kuyakin jika bingkai cahayahanya bentuk laind ari semburatnya cahaya
dan tak ingin kulupakandan ingin kusimpan dalam rasabetapa sering aku lipabahwa dunia ini indah dalam berbagai rupa. Gema sang Imam Melantunkan Pujian kubiarkan diriku terdiam di sini menikmati apa yang menjadi berkahMuwalaupun gelap telah lama memikattetap saja kurasakan KehangatanMu
Gema sang Imam
Sayup kudengar di kejauhan gema sang imam melantunkan pujian dan kurasakan itu menyeruak pelanmenembus tiap pori yang ada di dalam hati
kututup mata dan kucoba bayangkanjiwaku melayang pelan dengan tangan terentangmerasakan belaian sang Bayu di telapak tanganringan jiwaku mencari kedamaian
biarkan pujian itu terus terngiangdi telingaku terpapar sebuah nyanyiandimana jiwaku terus saja mengerangmengharapkan sebuah lain lantunan
kulihat terang dalam kegelapankurasakan hangat dalam dinginnya malankunikmati ringan jiwaku yang terbangmeresapi tiap butiran kerinduan
disini ku masih terdiammencoba membuka celah kerinduansanyup masih kudengarsebuah nyanyian penguat iman
sebelah tangan
tiada terasa yang tak pedihbila sesuatu tak diraihtiada terasa yang tak sayangbila sesuatu hanya dalam lamunaninilah suratan tiada datangku tiada mengerti mengapasekali melangkah jatuh lagiketika akan kugapai sesuatu itu terbangketika akan kuraih sesuatu itukandas dan karamdan wajah itu semakin menawanoleh setipis senyumanbiarlah dia hanya hadirdalam lamunandan asa yang tersisabiarlah dia menjadi simpatiku selamanyaku tahu..kau memang belum punyakudan tiada pernah menjadi milikku..